BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Biji cokelat atau biji kakao juga sering
disebut”cocoa” dan “kakao” merupakan biji theobroma cacao berlemak yang telah
dikeringkan dan difermentasi, yang di ekstrak untuk menghasilkan cokelat padat
(cocoa solid) dan lemak kakao(cocoa butter). Kedua hasil ekstrak tersebut
merupakan bahan-bahan dasar pembuatan cokelat, serta sejumlah produk makanan
lainnya.
Biji-biiji
kakao diproses untuk menghasilkan sejumlah produk kakao, termasuk cokelat.
Tahap pertama adalah pemanggangan (roasting), diikuti oleh pemecahan (cracking)
dan pelepasan dari biji (de-shelling) untuk menghasilkan biji yang
disebut nibs. Biji (nibs) ini kemudian digiling dengan
berbagai metode menjadi berbentuk pasta, yaitu cokelat cair (chocolate
liquor) atau pasta kakao. "Cairan" ini kemudian diproses lebih
lanjut menjadi cokelat dengan mencampurkan (lebih banyak) lemak kakao dan gula
(kadang-kadang ditambahkan
vanila
sebagai perasa dan lesitin sebagai pengemulsi), dan kemudian dimurnikan,
dihaluskan dengan coche, lalu dipanaskan dan
didinginkan berulang kali (tempered). Metode lain adalah dengan
memisahkannya menjadi kakao bubuk dan lemak kakao menggunakan mesin tekanan
hidrolik (hydraulic press). Proses pemisahan ini
menghasilkan sekitar
50% lemak kakao dan 50% kakao bubuk. Kakao bubuk standar memiliki kandungan
lemak sebesar 10-12%. Lemak kakao digunakan dalam produksi cokelat
batangan, produk gula lain, sabun, serta produk kosmetik.
Sekitar 10 persen dari produksi biji
kakao Sulawesi diproses secara lokal, sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk biji
mentah. Salah satu perusahaan pemproses terbesar di Sulawesi adalah PT
Effem (anak perusahaan dari Mars/Masterfoods). PT Effem menjual produk kakao olahan
kepada pabrik-pabrik manufaktur Mars lain di AS, Uni Eropa, Brasil, serta negara Asia Tenggara lainnya - dan
juga kepada Grup Ceres. Grup Ceres adalah satu-satunya perusahaan pemproses kakao terintegrasi dan
eksportir produk kakao di Indonesia. Ceres juga memiliki pabrik
manufaktur lokal dan telah meluaskan area operasi pemprosesan mereka ke Malaysia.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud
dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa biji
kakao, cocoa butter dan cocoa powder
2. Tujuan Praktek Kerja Industri
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
(Prakerin) bagi siswa-siswi kelas IV Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK)
Makassar merupakan program kurikulum yang bertujuan :
a.
Untuk menambah pengetahuan dan peningkatan keterampilan
kerja khususnya dalam pelaksanakan pekerjaan dilaboratorium.
b.
Melatih kedisiplinan dan meningkatkan tanggung jawab
serta mendidik sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang analis
apabila terjun kedunia usaha dan dunia industri.
c.
Menumbuhkan dan mengembangkan sikap etos kerja, sikap
kemandirian dan profesional sebagai tenaga analis kimia.
d.
Untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi
pada Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar.
e.
Penjajakan lapangan
kerja dan promosi.
1.3 Metode Penulisan
Dalam melakukan penyusunan laporan penulis mengambil beberapa
langkah yang diharapkan mampu memenuhi ketentuan umum, antara lain :
1.
Orientasi lapangan
Metode ini
adalah metode yang paling banyak digunakan, yaitu penulis secara langsung melakukan
proses analisa di laboratorium.
2.
Studi literatur
Metode ini dilakukan
dengan jalan mengambil bahan pustaka untuk mengetahui prinsip dasar atau
landasan teori dari proses analisa yang dikerjakan. Bahan pustaka tersebut
dapat berupa buku, internet.
1.4 Sistematika Penyusunan Laporan
Penulisan laporan praktek kerja industri ini disusun
berdasarkan sistematika sebagai berikut :
1.
Bab I Pendahuluan.
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan
masalah, maksud dan tujuan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
2.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini penulis memaparkan sedikit tentang tanaman kakao dan perkembangan
perusahaan perusahaan dimana penulis melaksanakan Praktek Kerja Industri
(Prakerin) yakni PT. Mars Symbioscience Indonesia.
3.
Bab III Prosedur Analisa
Dalam bab ini dijelaskan mengenai prosedur analisa yang di gunakan untuk
menganalisa biji kakao dan finish
produk.
4.
Bab IV Pembahasan
5.
Bab V Penutup.
Pada bab ini dipaparkan beberapa kesimpulan yang
telah dilakukan penulis serta memberikan beberapa saran bagi pihak Sekolah
Menengah Analis Kimia Makassar, dan
pihak PT. Mars S
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah PT.Mars Symbioscience Indonesia
PT. Mars Indonesia
atau yang dulunya adalah PT. Effem Indonesia merupakan anak perusahaan dari
MARS Incorporated yang tersebar di seluruh dunia. Perusahaan ini mempunyai
lebih dari 48.000 rekan kerja dari ± 66 negara di lima benua. PT. Mars Indonesia
didirikan di Indonesia pada tanggal 8 Agustus tahun 1996, Oleh Soeharto yang merupakan presiden Indonesia
saat itu. PT Mars Symbioscience
Indonesia terletak di Kawasan Industri Makassar (KIMA), tepatnya di Jl.
Kima 10 Kav. A-6 Daya, Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. PT Mars Indonesia merupakan pabrik
pengolahan biji kakao pertama yang didirikan di Makassar Sulawesi Selatan,
pintu masuk kawasan Indonesia Timur dengan fasilitas pelabuhan terbesar di
Sulawesi.
Grup perusahaan
ini dikenal secara internasional sebagai pemimpin di pengolahan dan pemasaran makanan ringan, dan makanan hewan peliharaan. Merek-merek utama yang telah
dikenal di seluruh dunia, antara lain coklat batang Mars, Snickers, Twix, Dove,
Bounty, coklat M & M's, Pedigree, Whiskas, Uncle Bens Rice dan berbagai
saus dan pasta Dolmio.
Produksi PT. Mars
Indonesia disuplai ke pabrik-pabrik pengolahan bahan jadi di grup MARS itu sendiri dan pabrik-pabrik pengolahan coklat lain yang
sudah bekerja sama dengan PT. Mars Indonesia. Negara-negara yang menjadi tujuan
pemasaran hasil produksi adalah Australia, Amerika Serikat, seluruh daratan
Asia dan Eropa.
·
Produk
Hasil Perusahaan
Produk-produk
yang dihasilkan oleh PT.MSSI antara lain adalah bubuk kakao, lemak kakao, kakao
cake, dan kakao liquor. Bubuk kakao terdiri dari dua jenis yaitu, natural dan alkalized. Produk natural merupakan produk tanpa penambahan alkali
selama proses pengolahannya, sedangkan produk alkalized merupakan produk dengan
penambahan alkali. Bubuk kakao alkalized
juga terdiri dari empat jenis, yaitu lightly alkalized, fully alkalized, red dan
dark red. Bubuk kakao banyak digunakan sebagai bahan baku industri makanan
ringan dan industry confectionary.
Bubuk kakao
yang sudah dikemas dapat disimpan dalam gudang internal maupun eksternal.
Gudang internal terletak pada pabrik pengolahan dan berseblahan dengan ruang
pengemasan. Produk diletakkan pada rak bertingkat sesuai dengan lot produk
tersebut. Satu rak terdiri dari tiga tingkat dan satu lot terdiri dari 40
kemasan. Produk yang akan segera didistribusikan dapat dipindahkan ke gudang
dengan menggunakan container.
Cake kakao
yang dihasilkan oleh PT.MSSI merupakan produk natural dan umumnya digunakan
kembali oleh industry kakao lainnya.
Lemak kakao
merupakan produk olahan biji kakao berupa minyak, namun akan segera dipadatkan
setelah berada dalam kemasan. Lemak kakao banyak digunakan oleh industry
confectionary dan kosmetik.
Cocoa liquor
adalah massa kakao murni dalam bentuk cair. Seperti biji kakao dari yang
diproduksi, mengandung baik padatan kakao dan cocoa butter dalam proporsi yang
kurang lebih sama.
Produk
PT.MSSI merupakan produk setengah jadi kemudian akan digunakan sebagai bahan
baku oleh industri lain. Konsumen utama PT.MSSI merupakan unit internal dari
Mars Incoorporated. PT.MSSI juga menjual produknya keperusahaan lain ke
berbagai mancanegara.
2.2 Tanaman
Kakao
Tanaman coklat termasuk dalam
genus Theobroma dengan nama latin Theobroma cacao. Dalam bahasa
Yunani, Theo berarti dewa sedangkan Broma berarti makanan atau
santapan. Jadi dengan kata lain Theobroma berarti makanan para dewa.
Coklat berasal dari xocotil
(bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Suku Aztec dan Maya di
Meksiko percaya bahwa dewa pertanian telah mengirimkan coklat yang berasal dari
surga kepada mereka. Cortes kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun
1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula
sehingga rasanya lebih enak. Coklat kemudian tersebar ke Francis, Belanda dan
Inggris. Pada tahun 1765 didirikan pabrik coklat di Nassa Ghusetti AS.
Produksi kakao di Indonesia
dihasilkan dari perkebunan besar Negara dan swasta yang terdapat di daerah
Sumatera Utara dan Jawa Timur, selain itu juga produksi yang berasal dari
perkebunan rakyat yang tersebar di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Timur. Meningkatnya
usaha di bidang pembudidayaan coklat telah meningkatkan hasil devisa bagi
negara melalui ekspor dan mendorong ekonomi daerah terutama pedesaan. Untuk
itu, sejak tahun 1980 pemerintah memberikan prioritas terhadap produksi coklat
sebagai salah satu mata pencaharian yang di kembangkan secara tepat.
Bentuk-bentuk produk coklat
antara lain adalah bubuk coklat (cocoa powder) sebagai bahan pembuat
kue, permen coklat (chocolate candy) sebagai makanan kecil atau sebagai
bahan untuk permen bagi anak-anak dan coklat pengoles roti. Disamping itu,
produk lain dari coklat adalah lemak coklat (cocoa butter) dapat dipakai
sebagai bahan pembuat kosmetika.
Salah satu produsen yang telah
memproduksi kakao dalam bentuk powder, butter, dan liquor adalah PT. Mars Indonesia yang merupakan salah satu pabrik coklat yang berada di
Sulawesi Selatan yang telah mengekspor produk kakao dalam bentuk bubuk ke
negara Australia, Eropa, Cina dan Amerika Serikat. Hasil produksi bubuk kakao
yang telah dihasilkan merupakan hasil produksi petani yang telah melalui proses
yang panjang dan telah memenuhi persyaratan dalam kualitas untuk diolah.
2.2.1
Jenis Tanaman Kakao
Sekarang ini banyak jenis
tanaman coklat, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi coklat
hanya 3 jenis yaitu :
a. Jenis
Criollo
Jenis Criollo terdiri
dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis
ini menghasilkan biji coklat yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai
coklat mulia. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis dan
berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan
berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jenis coklat
ini banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik untuk pembuatan coklat yang bermutu tinggi.
Gambar 1 a) Buah dan b) Biji kakao
criollo
b. Jenis
Forastero
Gambar 2 Biji kakao forastero
c. Jenis
Trinitario
Merupakan
campuran dari jenis Criollo dengan jenis Forastero. Coklat Trinitario
menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan ada yang
termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya
bermacam-macam. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu
muda sampai ungu tua pada waktu basah.
Gambar 3
a) Buah dan b) Biji Trinitario
Berdasarkan bentuk buahnya. Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan
yaitu :
a)
Angoleta : bentuknya lebih dekat dengan Criollo, kulitnya
sangat kasar tanpa bottle neck, buahnya besar, biji bulat, kualitas
sangat baik dan warna endosperm ungu.
b) Cundeamor
: bentuk buahnya
seperti Angoleta, kulit kasar, ada buttle neck biji gepeng,
kualitas sangat baik dan warna endosperm ungu gelap.
c) Amelonado
: bentuk buah bulat telur, bijinya pipih (gepeng) dan warna endosperm ungu.
d) Calabacillo
: buah berukuran
pendek agak bulat, kulit buah halus, biji buah tipis dan warna endosperm ungu.
2.3 Biji Kakao
Biji kakao adalah bagian dari buah kakao yang pemanfaatannya sudah sangat
luas. Pemanfaatan biji kakao tidak hanya terbatas dalam industri pangan semata
tetapi juga industri non pangan seperti industri obat-obatan dan industri
kosmetik. Biji kakao yang diperdagangkan dan dipergunakan untuk pembuatan
produk-produk coklat diperoleh dari buah tanaman kakao. Mutu yang dihasilkan
dari biji kakao akan sangat menentukan penilaian dan penawaran harga dari pihak
pembeli, karena hal itu akan mempengaruhi dapat tidaknya coklat yang dihasilkan digunakan oleh
industri-industri yang memproduksi makanan dan minuman yang beraroma coklat.
Pengolahan biji yang kurang sempurna akan menyebabkan biji kakao akan
menjadi lebih asam. Biji yang memiliki keasaman tinggi akan menghambat dan
merusak pembentukan aroma serta menurunkan flavour spesifik kakao. Apabila biji yang asam tersebut
langsung diolah menjadi bubuk kakao maka rasa dan aroma yang khas dari kakao
akan hilang sehingga produk kakao akan sulit diterima oleh konsumen. Mutu biji
kakao yang memenuhi Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi Persyaratan Umum Mutu Biji Kakao
No
|
Jenis uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
2
3
4
5
|
Serangga hidup
Kadar air
Biji berbau asap atau abnormal
dan atau berbau asing
Kadar biji pecah
Kadar benda asing
|
-
% b/b
-
% b/b
% b/b
|
Tidak ada
Maksimal 7,5
Tidak ada
Maksimal 2
Tidak ada
|
Sumber : (SNI
01-2323-2008)
Tabel 2 Spesifikasi
Pesyaratan Khusus Mutu Biji Kakao pada
PT. Mars Indonesia untuk material biji coklat
No
|
Jenis Mutu
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu III
|
1
|
Kadar
biji berjamur (%)
|
Max 2
|
Max 4
|
Max 4
|
2
|
Kadar
Biji slaty (%)
|
Max 3
|
Max 8
|
Max 20
|
3
|
Kadar
biji berserangga (%)
|
Max 1
|
Max 2
|
Max 2
|
4
|
Kadar
kotoran (waste) (%)
|
Max 1,5
|
Max 2
|
Max 3
|
5
|
Kadar
biji berkecambah (%)
|
Max 2
|
Max 3
|
Max 3
|
Sumber : (SNI
01-2323-2008)
2.3.1
Analisa Biji Kakao
Biji kakao adalah biji tanaman
kakao yang telah difermentasi, dicuci atau tanpa dicuci, dikeringkan dan
dibersihkan. Menurut jenisnya, biji kakao digolongkan
dalam dua jenis, yaitu:
1. Biji
kakao jenis mulia (fine cocoa), adalah biji kakao yang berasal dari tanaman
kakao jenis criollo dan trinitario, serta hasil persilanganya.
2.
Biji kakao jenis lindak (bulk cocoa), adalah
biji kakao yang berasal dari tanaman kakao forastero.
2.3.2
Standar Mutu Biji
Standar mutu biji kakao
merupakan standar mutu yang diinginkan oleh konsumen atau pemakai dari komoditi
biji kakao. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu biji kakao adalah:
1. Faktor
internal, adalah faktor yang secara alami dimiliki oleh tanaman kakao itu
sendiri, seperti varietas, klon dan lain-lain.
2.
Faktor eksternal, adalah faktor yang dipengaruhi dari
hama, penyakit, lingkungan, cara penanaman, serta penanganan pasca panen.
2.3.3
Parameter Uji Mutu Biji Kakao
1. Jumlah
biji (bean count)
Jumlah biji (bean
count) Menurut SNI 01-2323-2008, ukuran biji yang dinyatakan dengan jumlah
biji/100 gram,biji kakao digolongkan dalam 5 golongan . ukuran dengan
penandaan, yaitu :
a) Jumlah
biji maksimal 85 biji/100 gram,dinyatakan AA
b) Jumlah
biji 86-100 biji/100 gram,dinyatakan A
c) Jumlah
biji 101-110 biji/100 gram,dinyatakan B
d) Jumlah
biji 111-120 biji/100 gram,dinyatakan C
e) Jumlah
biji melebihi 120 biji/100 gram,dinyatakan S
2. Kadar
sampah (waste)
Kadar sampah (waste)
adalah kadar buangan pada biji kakao yang meliputi kelompok biji kakao yang
rusak, terdiri dari:
a) Biji
pipih (flat) dan hampa, adalah biji kakao dengan ketebalan yang tipis
(tidak dapat dibelah) dan biji kakao yang tidak mengandung kotiledon.
b) Biji
dempet (cluster), adalah biji kakao yang minimal terdiri dari 3 buah
biji yang melengket dan bergabung menjadi satu.
c) Biji
pecah (broken bean), adalah biji kakao pecah yang berukuran setengah
atau lebih dari biji kakao yang utuh.
d) Benda
asing (foreign matter), adalah kelompok buangan yang bukan bagian dari
buah kakao, seperti batu, kayu, besi (paku), plastik, kotoran hewan, benang dan
lain - lain.
e) Sampah
kakao (cocoa waste), adalah kelompok buangan yang merupakan bagian dari
biji kakao, seperti plasenta, kulit buah, daun, pecahan biji (berukuran kurang
dari setengah biji kakao utuh), shell dan lain-lain.
3. Level
fermentasi
Level fermentasi dilakukan
dengan metode uji belah (cut test) secara acak untuk mengetahui tingkat
fermentasi biji kakao yang dikelompokkan berdasarkan warna permukaan keping
biji kakao yang telah dibelah.
Kelompok warna permukaan keping biji kakao terdiri
dari :
a.
Biji brown (coklat), adalah biji yang
memperlihatkan ¾ atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna coklat dan
umumnya berongga.
Gambar 4 Biji Brown
b.
Biji brown/ purple (ungu), adalah biji brown yang
memperlihatkan ½ dari permukaan keping biji berwarna ungu.
Gambar 5 Biji Brown/Purple
c.
Biji purple (ungu), adalah biji yang memperlihatkan
¾ dari permukaan biji berwarna ungu.
Gambar 6 Biji Purple
d.
Biji slaty (keabu -abuan), adalah biji yang
tidak terfermentasi pada kakao lindak yang memperlihatkan ½ atau lebih permukaan keping
biji berwarna keabu-abuan atau biru keabu-abuan, umumnya bertesktur padat dan
pejal seperti keju.
Gambar 7 Biji Slaty
Metode uji belah juga
dilakukan untuk melihat kadar biji berjamur (mouldy), biji berserangga (infested)
dan biji bercambah (germinated).
e. Biji
berjamur (mouldy), adalah biji kakao yang ditumbuhi jamur dibagian
dalamnya dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata.
Gambar 8 Biji Bermouldy
f. Biji
berserangga (infested), adalah biji kakao yang memperlihatkan tanda-tanda
serangan serangga, seperti berlubang dan adanya sisa-sisa kotoran serangga atau
bagian-bagian tubuh serangga atau adanya serangga hidup.
Gambar 9 Biji berinfested
g. Biji
berkecambah (germinated), adalah biji kakao yang kulitnya telah pecah
atau berlubang karena pertumbuhan lembaga.
Gambar 10 Biji bergermanited
4. Kandungan
kulit (shell)
Kandungan kulit (shell) adalah
% berat shell/kulit yang terdapat pada biji kakao setelah dipanggang dan
dipisahkan antara shell dan nibnya.
5. Kadar
air (moisture)
Kadar air (moisture)
adalah % berat air yang terkandung dalam biji kakao. Analisa kandungan air
ini diawali dengan memblender biji kakao untuk memperbesar luas permukaan
kontak dengan udara, kemudian diayak dengan dua kali ayakan dengan ukuran sieve
pertama 4,80 mesh dan ukuran
sieve kedua 2,80 mesh. Kelembaban biji
kakao (cocoa nib) dapat diukur dengan memanaskan sampel dasar dengan
jangka waktu pemanasan tertentu dengan elemen infrared.
6. Kandungan
Lemak (Fat)
Kandungan lemak (fat)
adalah % lemak yang terkandung dalam nib yang telah dihaluskan hingga
berbentuk pasta (liquor).
7. Uji
Sensory.
Sampel yang telah diprepare menjadi liquor di analisa dengan
uji cita rasa/organoleptik dilaboratorium sensory yang dilakukan oleh panelis
terlatih
2.4 Proses
Pengolahan Biji Kakao
Dalam proses
pengolahan biji kakao menjadi bubuk cokelat dan menghasilkan lemak, secara
garis besarnya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
Penerimaan biji
|
Bean storage
|
Bean cleaning and drying
|
Micronzing
|
winnowing
|
nib
pressing
|
Filter pressing
|
Cake bagging
|
Alkalizing
|
Powder bagging
|
Milling
|
Cake storage
|
Butter blocking
|
Butter storage
|
Loading
cake untuk
Powder storage
|
Metal detecting
|
Untuk
shipping shipping
2.5 Analisa
Produk
Proses produksi
pada PT.Mars Symbioscience Indonesia menghasilkan beberapa produk seperti cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder
dan cocoa liquor. Keempat produk yang
dihasilkan kemudian dianalisa untuk mengetahui spesifikasi masing-masing
produk. Tetapi dalam laporan ini hanya akan membahas tentang cocoa
butter dan cocoa powder
a. Laboratorium
Kimia (Chemical Laboratory)
Laboratorium
kimia merupakan tempat untuk menganalisa semua produk akhir seperti lemak kakao
(cocoa butter), bungkil kakao (cocoa cake), bubuk kakao(cocoa powder), dan
massa kakao(cocoa liqour) dengan berdasarkan standarisasi. Tetapi hanya akan
menjelaskan tentang cocoa butter dan cocoa powder. Dan adapun beberapa
analisa yang dilakukan di laboratorium kimia tersebut yaitu
·
Cocoa Powder
Cocoa powder adalah hasil dari proses penambahan alkali
pada cocoa reaktor yang bertujuan untuk memperbaiki
flavour atau warna dari produk yang
berupa alkalised cocoa powder.
Menurut SNI (2009), cocoa
powder adalah Produk yang diperoleh
dari bungkil kakao yang diubah bentuknya menjadi bubuk. Cocoa powder yang diproduksi oleh PT.MSSI diklasifikasikan
atas dua jenis, yaitu:
a.
Cocoa powder alkalized, yaitu produk yang
diperoleh dari kakao massa yang mengalami proses alkalisasi, seperti : lightly
alkalized, fully alkalized, red powder, dan dark red.
b.
Cocoa powder non alkalized natural, yaitu produk
yang diperoleh dari kakao massa tanpa mengalami proses alkalisasi, seperti: natural
cocoa powder.
Cocoa powder diharapkan dapat memberikan rasa dan warna
tanpa menimbulkan kesan negatif. Tidak semua jenis cocoa powder adalah
sama dan tidak satupun yang memenuhi persyaratan untuk semua aplikasi. Ini
berarti satu tipe memerlukan pemahaman yang sangat jelas dapat atau tidak untuk
melakukan fungsinya dalam aplikasi yang diberikan. Cocoa powder yang
dihasilkan harus bebas dari zat aditif/ tambahan, sedimen serta benda asing.
Tabel 3 Spesifikasi Persyaratan Mutu Cocoa
Powder
Parameter Uji
|
Satuan
|
Syarat Mutu
|
1
|
2
|
3
|
Keadaan :
|
|
|
a.Bau
|
-
|
Khas
kakao,bebas dari bau asing
|
b.Rasa
|
-
|
Khas
kakao,bebas dari bau asing
|
c.Warna
|
-
|
Coklat atau
warna lain akibat alkalisasi
|
1
|
2
|
3
|
Kehalusan (Lolos ayakan mesh 200) (b/b)
|
%
|
Min 99,5
|
Kadar Air (b/b)
|
%
|
Maks 5,0
|
Kulit (shell)
dihitung dari alkali free nib (b/b)
|
%
|
Max 1,75
|
Kadar Lemak
(b/b)
|
%
|
Max 10,0
|
Cemaran Logam
:
|
|
|
a.Timbal
(Pb)
|
mg/kg
|
Max 2,0
|
b.Cadmium
(Cd)
|
mg/kg
|
Max 1,0
|
c.Timah
(Sn)
|
mg/kg
|
Max 4,0
|
Cemaran Arsen
|
mg/kg
|
Max 1,0
|
Cemaran
Mikroba :
|
|
|
a.Angka
Lempeng Total
|
Koloni/gram
|
Max 5×103
|
b.Bakteri
bentuk coli
|
APM/gram
|
<3
|
c.Escherichia
Coli
|
Per gram
|
-
|
d.Salmonella
|
Per 25 gram
|
-
|
e.Kapang
|
Koloni/gram
|
Max 50
|
f.Khamir
|
Koloni/gram
|
Max 50
|
Sumber : (SNI
01-3747-2009)
Faktor-faktor
yang berkaitan dengan kualitas bubuk kakao:
1)
Rasa
Kisaran dari bubuk kakao ini dibagi menjadi dua tipe
dasar yaitu tanpa proses alkalisasi (non-alkalized) dan bubuk kakao yang
dialkalisasi (dutch proses powders). Kedua tipe bubuk kakao tersebut memiliki
rasa yang sangat spesifik. Bubuk kakao tersebut memiliki rasa yang asam dan
agak astringent karena masih banyak asam yang terkandung di dalamnya. Bubuk
kakao yang dialkalisasi memiliki rasa yang tidak terlalu asam.
Konsumen selalu menhgarapkan produk yang memiliki
karakteristik rasa yang sama, maka produsen bahan mentah harus dapat memenuhi
permintaan tersebut. Dalam hal ini, konsistensi adalah salah satu aspek paling
penting dalam penggunaannya, khusus untuk pembuatan makanan.
2)
Warna
Warna produk makanan adalah faktor yang sangat
penting bagi konsumen dan juga bagi penghasil produk makanan. Warna suatu
produk merupakan suatu indikator rasa
karena berhubungan dengan kualitas kakao, taraf alkalisasinya dan modifikasi
warna berikutnya. Warna yang gelap mengisyaratkan rasa yang kuat sedangkan
warna yang terang mengisyaratkan rasa yang empuk. Selain itu, bubuk kakao
digunakan sebagai pewarna utama dalam industri makanan.
Bubuk kakao non-alkalisasi biasanya memiliki warna
cokelat terang, sedangkan bubuk kakao yang dialkalisasi bisa memiliki variasi
warna mulai dari cokelat kemerah-merahan hingga cokelat-merah sangat gelap.
3)
pH dan alkalinitas
pH untuk bubuk kakao tanpa proses alkalisasi tergantung
pada keasaman biji kakaonya. Umumnya pH yang diperoleh sekitar 5,0-6,0.
Sedangkan pH untuk bubuk kakao yang dialkalisasi sebagian besar ditentukan oleh
proses yang dilakukan selama pengolahan dari biji menjadi bubuk kakao.
Perubahan pH pada bubuk kakao dapat mempengaruhi suatu produk olahan kakao sehingga
dapat mengurangi harga produk tersebut.
Ada dua hal yang ingin dicapai
dengan proses alkalisasi:
a.
Untuk menetralisir kadar keasaman dari cocoa beans.
b.
Sebagai pendukung reaksi antara pigmen kakao (warna
kakao) dan alkali yang digunakan dengan adanya proses penambahan oksigen dan
pemansan untuk meningkatkan warna cocoa cake/cocoa powder dengan range warna
dari coklat muda hingga merah bahkan dengan warna yang sangat gelap seperti dark brown (coklat tua) atau dark red (merah tua) (Dian Pratiwi, 2006).
Parameter uji cocoa powder yang
dilakukan di laboratorium kimia adalah sebagai berikut
1.
Pengukuran Partikel Size Cocoa Powder
Pengukuran
partikel size dilakukan untuk mengetahui tingkat kehalusan dari cocoa powder
dengan menggunakan sieve mesh yang berukuran 200 mesh. Tujuan analisa ini yaitu
mengidentifikasi persentase berat dari produk yang tertahan pada sieve mesh
yang ukuran partikelnya sama dengan sieve mesh pada proses produksi. Dan
spesifikasi batas maksimum yaitu 0.5%.
2. Pengukuran
Warna Cocoa Powder
Pengukuran warna
pada cocoa powder yaitu untuk mengukur nilai/tingkat warna coklat pada produk
bubuk kakao tersebut. Warna dari nilai L berada padakisaran 43-46, untuk nilai
a berada pada kisaran 11,3-13,2 ,dan untuk nilai b berada pada kisaran
14,1-16,8
3.
Penentuan ph Cocoa
Powder
pH adalah
derajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Konsep pH
pertamakali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Soren Peder Lauritz Sorensen
pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti singkatan “p” pada “pH”.
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power p
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti
pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potensial. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p
adalah sebuah tetapan yang berarti “logaritma negative”. Tingkat Ph diukur pada
skala 0 sampai 14 wakil dari yang paling basa. Tujuh adalah angka menunjukan
bahwa ada keseimbangan asam dan basa dalam larutan dan sering disebut ph
netral.
Penentuan ph pada cocoa powder dilakukan untuk menentukan derajat
keasaman pada produk cocoa powder. Spesifikasi batas maksimum yaitu, 5,7-6,9 .
4.
Pengukuran Fat dan Moisture dengan NIRS Cocoa Powder
Near InfraRed
Spectroscopy (NIRS) merupakan suatu technology yang digunakan untuk mengontrol
suatu proses dan produk, yang dihubungkan dengan software Win ISI H. teknologi
ini menggunakan penyebaran dan atau panjang gelombang dari radiasi suatu
padatan, semi padatan dan cairan untuk Agricultura dan Industry makanan.
Software ini didesain sangat kuat dan bersahabat. NIRS yang digunakan di
PT.MSSI telah dirancang khusus untuk mengukur fat dan moisture produk yang
dihasilkan PT.MSSI seperti cocoa powder.
·
Cocoa Butter
Cocoa butter adalah lemak coklat yang dihasilkan dari
pengepresan cocoa nib atau cocoa liquor. Menurut SNI
01-3747-2009, cocoa butter adalah
lemak yang diperoleh dari kakao massa melalui pengempaan.
Cocoa butter harus bebas dari non-cocoa butter fat, seperti fat dari cocoa cshell, flat, dan waste cocoa. Cocoa butter dapat
dijernihkan melalui proses filterisasi/ penyaringan atau sentrifugasi. Cocoa
butter yang dihasilkan harus bebas dari zat aditif/tambahan, sedimen serta
benda asing.
Tabel 5 Spesifikasi Persyaratan Mutu Cocoa Butter
No
|
Parameter Uji
|
Satuan
|
Syarat mutu
|
1
|
Keadaan :
|
|
|
|
a)
Bau
|
-
|
Khas lemak
kakao
|
|
b)
Rasa
|
-
|
Khas lemak
kakao
|
|
c)
Warna
|
-
|
Kuning
|
2
|
Indeks Bias
Nd40
|
-
|
1,456-1,459
|
3
|
Titik Leleh
|
0C
|
31-35
|
4
|
Asam Lemak
bebas dihitung sebagai Asam Oleat (b/b)
|
%
|
Max 1,75
|
5
|
Bilangan
Penyabunan
|
mg KOH/gram
lemak
|
188-198
|
6
|
Bilangan Iod
(wijs)
|
Gram I2/100
g
|
33-42
|
7
|
Bahan tak
tersabunkan (b/b)
|
%
|
Max 0,35
|
8
|
Bilangan peroksida
|
Meq
peroksida/kg lemak
|
Max 4,0
|
9
|
Kadar air
(b/b)
|
%
|
Max 0,2
|
10
|
Cemaran Logam
:
|
|
|
|
-Timbal
(Pb)
|
mg/kg
|
Max 0,5
|
|
-Cadmium
(Cd)
|
mg/kg
|
Max 0,5
|
|
-Timah
(Sn)
|
mg/kg
|
Max 40
|
11
|
Cemaran Arsen
(As)
|
mg/kg
|
Max 0,1
|
Sumber : (SNI 01-3748-2009)
Parameter uji
cocoa butter yang dilakukan di laboratorium kimia adalah sebagai berikut :
1.
Penentuan
sedimen pada cocoa butter
Penentuan
sedimen cocoa butter menggunakan metode filtrasi. Filtrasi adalah salah satu
metoda yang digunakan untuk mengetahui endapan yang terkandung didalam cocoa
butter. Dengan spesifikasi batas aksimum kadar sedimen dalam cocoa butter yaitu
0,05%
2.
Penentuan kadar
air (moisture) dalam cocoa butter
Kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan %. Kadar
air juga merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan , karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa pada
bahan pangan.
Kadar air dalam
pangan ikut menentukan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak
sehingga terjadi perubahan pada bahan pangan.
Kadar air dalam
bahan dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain:
1.
Metoda
pengeringan (Thermogravimetri)
2.
Metode destilasi
(Thermovolumetri)
3.
Metoda khusus
seperti kromatografi, nuclearmagnetic dan resonance.
Penentuan
kadar air yang dilakukan dengan metode penguapan menggunakan hot plate dengan
temperature 1250C yang distandarisasi dengan metode oven. Tujuan
penentuan kadar air yaitu untuk mengidentifikasi kadar air dalam butter tidak
melebihi batas yang mengacu pada mutu. Dimana spesifikasi batas maksimum kadar
air dalam cocoa butter yaitu 0.1%
3.
Penentuan asam
lemak bebas pada cocoa butter
Asam lemak bebas
adalah suatu ukuran untuk banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu
lemak atau minyak, lemak itu dilarutkan dalam suatu pelarut organic dan dititar
dengan basa pada suhu biasa hingga tak ada ester yang disabunkan.
Kadar asam
adalah kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak biasanya asam dari
lemak bebas dihitung sebagai asam oleat.
Dalam sampel
cocoa butter, yaitu menentukan asam lemak bebas dalam produk lemak kakao.
Spesifikasi batas maksimum 1,75%
b. Laboratorium
Mikrobiologi (Microbiology Laboratory)
Laboratorium
mikrobiologi merupakan tempat untuk menganalisa semua produk yaitu cocoa
butter, cocoa powder, cocoa cake, dan cocoa liquor dengan tujuan untuk
memastikan bahwa ada atau tidaknya mikroorganisme pathogen yang terdapat pada
produk akhir tersebut, adapun dilakukan SWAB, yaitu untuk menjaga kesterilan
produk dengan menggunakan alat alat yang digunakan selama terjadinya proses
untuk produk akhir. Parameter uji yang dilakukan yaitu:
1)
Angka Lempeng
Total(Total Plate Count)
Angka Lempeng
Total menyatakan angka bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sample
makanan. Prinsip pengujian yang dilakukan adalah melihat pertumbuhan coloni,
bakteri aerob mesofil setelah cuplikan di inokulasikan pada media lempeng agar
dengan cara tuang dan inkubasi pada suhu yang sesuai. Total Plate Count(TPC)
atau Angka Lempeng Total (ALT) adalah seluruh koloni yang tumbuh pada bahan
pangan ataupun produk jadi.
2)
Yeast and Mouldy
Kapang merupakan
jenis jamur multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme
sapropit dan mampu memecah bahan-bahan organic kompleks menjadi bahan yang
lebih sederhana. Khamir merupakan jenis jamur uniseluler. Istilah khamir
umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi
uniseluler berbentuk ovoid dan spheroid.
3) Enterobacteriaceae
Enterobacteriaceae adalah keluarga basil gram-negatif yang berisi lebih dari 100 jenis
bakteri yang biasanya menghuni usus manusia dan hewan. Enterobacteriaceae yang
biasa bagian dari flora saluran usus yang normal,yang disebut sebagai coliform.
Karena bakteri ini banyak ditemukan pada saluran usus, mereka ditransmisikan
paling sering melalui rute fekal / oral. Hal ini paling sering terjadi sebagai
akibat dari mencuci tangan tidak tepat setelah memegang kotoran manusia atau
hewan atau dengan minum air yang terkontaminasi
4) Staphylococcus
Aureus
Staphylococcus Aureus merupakan bakteri gram positf berbentuk bulat
biasanya tersusun dalam bentuk menggerombol yang tidak teratur seperti anggur.
Staphylococcus Aureus bertambah dengan cepat pada beberapa tipe media dengan
aktif melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan
macam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap.
5) Salmonella
Salmonella sp.
Pertama di temukan oleh penderita demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan
dibenarkan oleh Roberth Koch dalam budidaya bakteri pada tahun 1881. Habitat
salmonella sp adalah di saluran pencernaan usus halus manusia dan hewan.
Bakteri salmonella tidak boleh ada dalam produk (abs/375 gr ) PT.MSSI baik
cocoa powder,butter,dan liquor.
6) E.coli
E.coli
adalah bakteri gram negative berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang
merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E.coli dapat bersifat
pathogen, yaitu serotype-serotipe yang masuk dalam golongan E.coli Enteropatogenik, E.coli
enteroinvasif,E.coli enterotoksigenik dan E.coli enterohemoragik.
7) Streptococcus
feacalis
Streptococcus
adalah organisme kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun
dalam bebtuk rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbuh panjang
rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya
kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat berfariasih dan sebagian besar
di tentukan oleh factor lingkungan.
c. Laboratorium
sensory
Berdasarkan Standar Mutu kakao SNI 01-2323-2008, istilah ini merupakan uji organoleptik atau uji
cita rasa. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya flavor atau cita
rasa yang tidak dikehendaki dalam biji kakao. Beberapa rasa yang tidak
dikehendaki dalam biji kakao adalah rasa senyawa kimia, rasa obat (medicine), rasa daging asap (hammy), rasa tanah (earthy), rasa
seperti karung (sacky), rasa daging babi atau anjing (bacon), rasa ikan (fishy),
rasa daging (meaty), solvent, rasa
hangus (smoky), rasa minyak (heated oil), rasa karet (rubber), rasa cengkeh (cloves),
pertrolium, rasa jamur (moldy), rasa merica (black paper), rasa kayu manis (cinnamon), rasa arang (ashy), dan rasa apek atau basi. Sedangkan rasa yang boleh hadir dan
dianggap normal dalam biji kakao adalah rasa pahit (bitter), rasa rumput (green), segar (astringent), cokelat (cocoa), rasa kacang (nutty), anggur (winey), rasa asam (sour), rasa kayu (woody), dan rasa buah (fruity).
BAB III
PROSEDUR
ANALISA
3.1 Laboratorium
Biji
3.1.1
Analisa Bean Count
Prinsip
analisa Bean Count atau yang biasa
disebut dengan jumlah biji kakao per 100
gram ialah berdasarkan penimbangan dan perhitungan.
1)
Sampel biji kakao diaduk secara merata dalam baskom
plastik yang telah dibersihkan.
2)
Sampel biji kakao ditimbang pada cawan/mangkuk sebanyak
300 gram.
3)
Semua jumlah biji kakao dihitung, lalu hasilnya dicatat
pada form analisa.
4)
Jumlah bean count dikalkulasi.
3.1.2
Analisa Waste
Prinsip
analisa Waste Bean ialah berdasarkan
pemisahan secara visual dan penimbangan
1)
Sampel yang tersegel dibuka dengan menggunting kawat
segel, kecilkan biji dengan menggunakan kwarter kecil, lalu code sampel “Blank
Code” dicatat pada form analisa.
2)
Sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan digital,
beratnya dicatat pada form analisa.
3)
Sampel diayak atau saring dengan menggunakan saringan 4
mesh diatas karton putih, lalu diamati ada tidaknya serangga hidup kemudian
hasilnya dicatat pada form analisa.
4)
Sampel dianalisa dengan teliti dan sampel kakao
dipisahkan dari biji pecah (broken bean),
biji pipih (flat), biji dempet (cluster), sampah kakao (cocoa waste) dan juga benda asing (foreign matter) serta biji yang tidak
terdefinisikan (small bean) yang ada
di dalam 1000 gram sampel.
5)
Masing-masing
parameter ditimbang lalu dicatat pada form analisa
6)
% untuk parameter quality dihitung.
7)
Total waste
adalah total dari % foreign matter + flat + cluster + cocoa waste.
8)
Spesifikasi khusus harus diperhatikan untuk tiap jenis
biji.
9)
Data hasil analisa di masukkan ke dalam form analisa.
3.1.3
Analisa Shell Content
Prinsip
dari penetapan Shell Content ialah
pemisahan secara visual dan penimbangan
1)
Semua shell
dikeluarkan dari 150 gram biji coklat yang sudah dipanggang dengan menggunakan
pisau.
2)
Shell dan nib
yang sudah dipisahkan kemudian ditimbang.
3)
% shell dihitung.
3.1.4
Analisa Bean Cut
Prinsip
dari benetapan Bean Cut adalah
pengamatan secara visual bagian dalam biji yang dipotong memanjang melalui
bagian sisi tipisnya terhadap biji cacat.
1)
Sampel biji kakao yang telah dibersihkan diaduk secara
merata dalam baskom plastik.
2)
Biji kakao diambil secara acak sebanyak 50 biji dengan
mengabaikan besar kecilnya biji, kemudian dimasukkan kedalam lubang-lubang
magra.
3)
Biji yang sudah dimasukkan ke dalam magra diamati satu
persatu, untuk melihat ada tidaknya biji kecambah (germinate), biji tersebut dikeluarkan lalu dibelah dengan
menggunakan gunting/cutter. Biji tersebut diamati jika terdapat jamur, maka
biji tersebut dihitung sebagai jamur, tetapi jika tidak terdapat jamur, maka
biji tersebut akan dihitung sebagai germinate.
4)
Magra ditutup rapat dan biji dipotong menurut arah
panjangnya dengan menggunakan pisau magra, keping-keping yang terbelah dua
diperiksa dengan menggunakan cahaya penuh siang hari atau serupa dengan lampu
buatan floresense.
5)
Jika ada biji yang belum terbelah dengan baik, gunting
biji atau belah biji dengan menggunakan cutter.
6)
Permukaan masing-masing biji diamati dan dikelompokkan
sesuai dengan kelompok yang menjadi parameter cutest/uji belah.
7)
Jumlah masing-masing kelompok dihitung lalu dicatat
pada form analisa
8)
Cara no.1-5 dilakukan hingga 6 kali dan 2 kali untuk
sampel dumping.
3.1.5
Analisa Moisture
Prinsip
analisa Moisture Bean atau yang biasa
disebut dengan kadar air dalam biji kakao
ialah berdasarkan kehilangan berat dari dari suatu bahan yang dipanaskan
pada suhu pengujian, yang dinyatakan sebagai persentase dari bobot/bobot.
Alat
yang digunakan untuk analisa ini ialah
mettler tipe HB43-S atau mettler tipe HB43 atau mettler tipe HX204 yang dimana
setiap bulannya di kalibrasi dengan pembanding dengan kadar air dengan
menggunakan metode oven.
1)
Kap penutup dibuka, sampel dimasukkan ke dalam pan handler dengan cawan petri aluminum
kosong.
2)
Tanda O/T ditekan pada display untuk me-Nolkan. Setting
display menunjukkan :
Time : 10
menit
Temp : 150oC
(disesuaikan dengan hasil kalibrasi terhadap oven)
3)
Kap penutup dibuka dan sampel dimasukkan sebanyak 8
gram, sampel disebarkan secara merata
pada cawan aluminum.
Sampel yang akan dianalisa dipastikan di tempatkan dalam cup
yang tertutup, agar % air dalam sampel tidak menguap.
4)
Kap penutup ditutup kembali, settingan waktu akan
bergerak dari 0-10 menit dan setting temperatur akan menunjukkan 150oC
hingga tanda --- , catat % moisture
yang tertera pada display
3.2 Laboratorium
Kimia
3.2.1
Cocoa Powder
a) Analisa Warna Pada Cocoa Powder
Warna suatu produk merupakan suatu
indikator rasa karena berhubungan dengan
kualitas kakao, taraf alkalisasinya dan modifikasi warna berikutnya
1) Cara
penggunaan alat
a)
“ON” kan alat dengan menggeser tombol “ON” kesebelah
kiri.
b)
Bersihkan kaca Minolta dengan menggunakan tissue yang
telah dibasahi alkohol 70%, selanjunya letakkan kaca tile kalibrasi.
c)
Letakkan granular material cup pada kaca yang berada di
atas tile kalibrasi.
d)
Tekan “Color Space” untuk memilih nilai Y… , X… , y… ,
lalu tekan tombol kalibrasi yang berwarna kuning pada display sebelah kiri,
tunggu beberapa saat maka pada display akan muncul “End”
Y.
95.1 X. 3159
y. 3325
e)
Kemudian tekan tombol “Color Space” untuk mengembalikan nilai YXy
menjadi L…, a…., b…., selanjutnya sampel
siap untuk dianalisa.
2)
Analisis sampel
a)
Tekan color pada alat Minolta color CR-310 hinnga pada
display muncul:
L a
b
b)
Masukkan sampel ke dalam material cup sedikit demi
sedikit dan diratakan dengan menggunakan sendok sebanyak 8,5-9,5 gram.
c)
Tutup material cup yang berisi sampel diatas, kemudian
dibalikkan keatas.
d)
Letakkan measuring head pada cup diatas.
e)
Tekan “measure” pada display akan muncul nilai
pembacaan
L
a b
f)
Bersihkan cup dengan menggunakan tissue dan ulangi
langkah 2-4 sebanyak 3 kali.
g)
Rata-ratakan hasil pembacaan sebagai hasil akhir.
b) Analisa Partikel Size Pada Cocoa Powder
Prinsip pada penetapan ini adalah pengayakan
dalam pelarut n-heksane dan penimbangan.
1)
Ditimbang 10 gr sampel langsung pada ayakan 200 mesh.
2)
Ayakan tersebut dibenamkan ke dalam wadah aluminium
no.1 yang berisi kira-kira 500 ml Heksan selama 30 detik, dengan memegang
ayakan pada suatu sudut kemudian digerakkan secara sirkuler.
3)
Ayakan tersebut dipindahkan ke wadah no.2 yang juga
berisi heksane (untuk membilas Powder pada cucian no.1).
4)
Partikel yang tertahan dalam ayakan dibiarkan kering
dibawah lampu mercuri.
5)
Dengan menggunakan kuas, partikel yang telah kering
disapu keatas plat aluminium dan ditimbang.
6)
Pastikan bahwa tidak ada partikel yang tertinggal pada
ksa tersebut dan pada bulu kuas.
7)
Metode tersebut dilakukan secara triplo.
c) Analisis
moisture, fat, CF, dan Cpnfcs pada cocoa powder dengan metode Near
Infra Red Spektroscopy (NIRS)
Prinsip dari alat instrument NIRS adalah dengan menyalanya lampu khusus yang memancarkan gelombang
elektromagnetik tertentu(berkisar pada 800-2500nm). Lalu gelombang tersebut
ditangkap oleh sampel uji. Sebagian gelombang tersebut ada yang direfleksikan
dan sebagian lagi ada yang diteruskan ke detektor untuk dibaca gelombang yang
dihasilkan.
Gelombang yang dihasilkan tersebut kemudian dilakukan kalkulasi persamaan regresi. Lalu hasilnya dibandingkan dengan kurva kalibrasi atau data referensi yang didapat dengan membandingkan regresi dari analisa laboratorium atau analisa kimia. Setelah dibandingkan, hasil akhirnya disebut spektra
Gelombang yang dihasilkan tersebut kemudian dilakukan kalkulasi persamaan regresi. Lalu hasilnya dibandingkan dengan kurva kalibrasi atau data referensi yang didapat dengan membandingkan regresi dari analisa laboratorium atau analisa kimia. Setelah dibandingkan, hasil akhirnya disebut spektra
1.
Sampel dituangkan ke dalam square cup, diratakan dengan
menggertakan cup sampel pada tatakan yang tersedia.
2.
Bagian bawah cup harus benar-benar rata.
3.
Square cup
dimasukkan ke drawer NIR dan tutup
penutup drawer.
4. Diklik-NIRQA-Area-CCP-ACM
½. Diketik kode produksi serta jam, lalu diklik “Analyse”, ditunggu beberapa
saat lalu dicatat hasilnya.
5. Square cup dibersihkan dengan tissue
atau kuas.
3.2.2
Cocoa Butter
a. Analisa Asam Lemak Bebas Cocoa Butter
Prinsip dari penetapan asam lemak bebas
adalah dengan melarutkan lemak dalam etanol panas dan kemudian dititrasi dengan
larutan alkali.
1)
Siapkan
Erlenmeyer 250ml dan tambahkan 50ml alcohol 96%
2)
Tambahkan 1 ml indicator pp.
3)
Kemudian titrasi larutan blanko dengan NaOH 0,1N hingga larutan berwarna merah jambu
4)
Tambahkan 7 gram sample (lemak) kedalam larutan blanko
5)
Kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,25N hingga
berwarna merah jambu
6)
Tambahkan 2 ml indikator pp dan titar dengan larutan
NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 30 detik).
7)
Lakukan penetapan duplo.
b. Analisa Kadar Air Cocoa Butter
Prinsip dari kadar air adalah berdasarkan
kehilangan berat dari dari suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian.
1)
Gelas kimia 100 ml dikeringkan di dalam oven selama 10
menit kemudian didinginkan pada suhu ruang.
2)
Gelas kimia ditimbang bersama batu didih sebanyak 2
biji.
3)
Timbang sampel sebanyak 20 gram ke dalam gelas piala +
batu didih.
4)
Sampel dipanaskan diatas hot plate selama kurang
lebih 10 menit sambil diaduk dengan menggunakan stik pada thermocouple sampai
suhu 125oC.
5)
Sampel diangkat dan ditutup dengan menggunakan
aluminium foil kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu
ditimbang.
c. Analisa Sedimen Cocoa Butter
Prinsip dari penetapan ini adalah dengan
melarutkan lemak kakao dalam pelarut nonpolar dan menyaringnya pada suatu
filter yang telah diketahui bobotnya, maka sedimen yang terdapat dalam lemak
akan tertinggal pada filter, selisih bobot penimbangan dinyatakan dalam
bobot/bobot.
1)
Persiapan alat pompa vakum jet air (Wet Jet)
Pemasangan alat jet dalam lemari fume,
sambungkan ke kran yang mengalirkan air ke bak di bawahnya.
2)
Prosedur kerja
a)
Dikumpulkan jumlah sampel yang mewakili.
b)
Gelas kimia yang akan digunakan dibersihkan dan
dikeringkan lalu tempatkan dalam oven selama 10 menit dengan suhu 103oC.
c)
Gelas kimia dinginkan pada temperature ruang.
d)
Sampel ditimbang sebanyak 10 gram ke dalam gelas kimia
dan di catat hasilnya.
e)
Kertas saring ditimbang.
f)
Petroleum Ether ditambahkan ke dalam gelas kimia yang
berisi sampel sebanyak 60 ml lalu diaduk rata.
g)
Filter dimasukkan ke dalam corong Buchner diatas vakum Erlenmeyer.
h)
Pompa vacuum water jet dihidupkan dan larutan sampel
disaring melalui filter sehingga seluruh sampel tersaring dalam filter.
i)
Larutan sampel dibilas dengan Petroleum Ether sehingga
tidak ada sampel yang terlihat lagi.
j)
Filter dipindahkan ke dalam oven.
k)
Filter
dimasukkan ke dalam eksikator, selanjutnya ditimbang.
d. Analisa Bilangan Iod Cocoa Butter
a. Sampel cocoa butter disaring dengan menggunakan
kertas saring biasa (untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan sisa-sisa
kelembaban). Filtrasi dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 100oC
selama 5 menit.
b. Dinginkan
sampel pada suhu 68oC sebelum menimbang sampel
c. Timbang
sampel yang telah disaring sebanyak 0,6 gram ke dalam erlenmeyer asah 250 ml.
d. Tambahkan
kedalamnya 20 ml cyclohexane dan di
aduk untuk memastikan sampel benar-benar telah larut.
e. Tambahkan
25 ml larutan wijs kedalam erlenmeyer yang berisi sampel, tutup tabung dan
kocok untuk menghomogenkan larutan. Didiamkan selama 1 jam dalam ruangan gelap
pada temperatur ruang 25oC.
f.
Setelah ± 1 jam tambahkan 20 ml larutan
potassium iodine (KI).
g. Titrasi
larutan sodium thiosulfat 0,1 N dengan stirrer (pengocok magnetik), lanjutkan
titrasi hingga warna kuning hilang. Tambahkan bubuk kanji sebagai indikator
(±0.2 gram) dalam larutan kemudian dititar lagi menggunakan sodium thiosulfat
hingga warna biru pada larutan hilang.
3.3 Laboratorium
Mikrobiologi
3.3.1
Angka Lempeng Total
Sebelum
analisa,dilakukan penyebaran sampel dengan cara menanbahkan buffer peptone
water dengan perbandingan 1:9 kedalam sampel setelah itu di homogenkan.setelah
homogen dilakukan analisa sesuai instruksi kerja.tuangkan media plate count
agar (PCA) kemudian di homogenkan media dengan sampel. biarkan membeku dan
lapisi agar yang telah memadat dengan PCA kembali (overlay). Diinkubasi pada
suhu dan waktu yang telah di tentukan. Hitung koloni yang tumbuh pada cawan.
Catat hasil pembacaan.
3.3.2
Yeast and Mouldy
Lakukan
penyabaran sample seperti analis sebelumnya, analisa yeast and mouldy dilakukan
seperti instruksi kerja. Lakukan penyebaran secara merata pada media agar yang
telah padat (OGYE) diinkubasikan pada suhu dan waktu tertentu. Hitung koloninya
dan kalkulasikan jumlah kapang khamir. Catat hasil pembacaan.
3.3.3
Enterobacteriaceae
Lakukan
penyebaran sample seperti analisa sebelumnya, tuangkan agar violet red bile
glucose agar (VRBG) cair kedalam cawan, lalu homogenkan media dan sample.
Setelah membeku, cawan dilapisi kembali dengan VRBG cair. Diinkubasikan pada
suhu dan waktu tertentu. Hitung koloni yang tumbuh, dan catat hasil pembaaan.
Catatan : untuk
mengetahui ada atau tidaknya enteroctericeae yang terdapat dalam sample.
Dilakukan uji lanjut sesuai dengan sesuai dengan instruksi kerja.
3.3.4
Staphylococcus
Aureus
Lakukan
penyebaran sample susai dengan metode penyebaran sample, lalu lakukan analisa
seperti instruksi kerja. Inkubasikan pada suhu da waktu yang telah ditentukan.
Lakukan uji lanjut sesuai dengan instruksi kerja. Inkubasi ulang dan lakukan
pengamatan dan catat hasil pengamatan.
Catatan:
koloni staphylococcus aureus berwarna
hitam, mengkilap, konveks, ukuran 1-1,5mm dengan pinggiran putih.
3.3.5
Salmonella
Pembuatan media pengayaan
Timbang media
pengayaan sesuai dengan instruksi kerja, tambahkan indicator dan aquadest.
Sterilkan media sebelum digunakan kedalam autoclave.
Metode
Ditimbang sample
kedalam kantong plastic steril lalu tambahkan media pengayaan dan dihomogenkan.
Setelah itu diinkubasi pada suhu dan waktu yang telah ditentukan. Setelah itu
dilakukan uji lanjut pada media yang telah ditentukan dan dihomogenkan.
Kemudian inkubasi media pada suhu dan waktu yang telah ditentukan. Lakukan
analisa lanjutan dengan media yang telah ditentukan, setelah itu diinkubasi,
lalu lakukan pengujian tahap selanjutnya. Inkubasi pada suhu dan waktu yang
telah ditentukan. Lakukan pengamatan dan catat hasil pengamatan.
Catatan
: jika pada taha pengamatan ini diduga positif, maka akan dilakukan uji lanjut
biochemical untuk lebih memastikan hasil analisa.
3.3.6
E.coli
Lakukan
penyebaran sample seperti analisa sebelumnya. Setelah itu lakukan analisa
seperti instruksi kerja. Inkubasikan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan.
Bila terlihat perubahan pada tabung pengamatan, lakukan uji lanjut sesuai
instruksi kerja. Lakukan pengamatan kembali untuk memastikan hasil analisa.
3.3.7
Streptococcus
faecalis
Lakukan
penyebaran sample seperti analisa sebelumnya. Lalu lakukan analisa seperti
analisa kerja. Diinkubasikan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan. Catat
hasil sebagai streptococcus feacalis
/gram.
3.4 Laboratorium
Sensory
Menyiapkan
sample cocoa liquor, cocoa powder dan cocoa butter kemudian dilakukan dengan
uji organoleptik dengan penginderaan lidah oleh panelis yang terlatih.
Kemudian
panelis akan mendeskripsikan rasa/flavor yang terdapat dalam sample.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
umumnya semua biji yang akan diolah terlebih dahulu akan dianalisa di
laboratorium biji dimana parameter uji yang dilakukan mempunyai spesifikasinya
tersendiri. Adapun tujuan dilakukannya parameter uji sesuai standar sebagai
berikut
o Analisa
Bean Count ini bertujuan untuk menentukan jumlah biji tiap 100 gram kakao.
o Analisa
kadar sampah (waste) ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya sampah atau benda
asing yang terdapat dalam suatu bahan baku(biji kakao) yang akan di olah
nantinya. Bila kadar sampah/waste melebihi dari batas yang di pebolehkan, maka
biji yang berasal dari suplayer tidak bisa diterima untuk dapat diolah.
o Analisa
Shell Content ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen kandungan kulit
dalam biji kakao. Semakin sedikit kadar kulit dalam biji kakao menandakan
semakin baik kualitas dari biji kakao.
o Analisa
bean cut bertujuan untuk menentukan biji yang cacat, mengetahui level
fermentasi dan kandungan jamur/mouldy. Penetapan inipun dapat menentukan warna
dari cocoa powder yang akan didapat, setelah biji kakao diolah.
o penentuan
kadar air merupakan analisis paling penting dan paling luas dilakukan dalam
pengolahan dan pengujian pangan. Karena jumlah bahan kering(dry matter) dalam
pangan adalah kebalikan dari jumlah air yang dikandung, maka kadar air secara
langsung berkaitan dengan kepentingan ekonomi baik bagi pengolahan (produsen)
maupun konsumen
o kadar
air yang diperbolehkan pada biji kakao maksimal 7,5 %. Biji-bijian yang
mengandung kadar air yang tinggi sangat mudah rusak oleh jamur, pemanasan,
serangga dan perkecambahan.
o Asam
lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Ketengikan terjadi karena
asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi
hidrokarbon, alkana, atau keton.
o Penetapan
sedimen pada cocoa butter bertujuan untuk mengetahui banyaknya zat padat yang
terkandung dalam lemak kakao.
o Penetapan
partikel size bertujuan untuk mengetahui kehalusan dari suatu produk yang
dihasilkan.
o Penentuan
ph dilakukan agar menentukan tingkat keasaman yang diinginkan.
o Parameter
yang dilakukan dalam mikrobiologi yaitu ALT, yeast and mouldy, bakteri coliform
berupa E.coli, dan bakteri pathogen
lainnya. Khususnya untuk salmonella,
dimana tidak diperbolehkan ada dalam produk yang dihasilkan maupun dalam pabrik
selama proses produksi dilakukan, karena salmonella termasuk dalam bakteri
pathogen dan membahayakan.
o
Pengujian sensori ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya flavor atau cita rasa yang tidak
dikehendaki dalam biji kakao. Uji sensory juga merupakan parameter
reject, dimana untuk cocoa bean yang di reject akan langsung ditolak sedangkan
untuk cocoa powder dan cocoa butter akan di rework atau di blending.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
Kerja Praktek yang telah dilakukan selama 3 bulan pada PT. Mars Symbioscience
Indonesia Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa :
ü Sebelum
biji masuk dan diolah menjadi finish product dilakukan analisa terlebih dahulu
di analisa di laboratorium biji atau Bean Laboratory
ü Parameter
uji yang dilakukan untuk mengetahui mutu dan standar biji coklat yang akurat
adalah:
1. Jumlah
biji (Bean Count)
2. Kadar
sampah (Waste)
3. Kandungan
kulit (Shell Content)
4. Kadar
air (Moisture)
5. Kandungan
lemak (Fat)
6. Uji
sensory
ü Proses
pengolahan biji kakao menjadi finish product yaitu :
1.
Penerimaan bahan baku berupa biji kakao
2.
Pengujian mutu biji kakao
3.
Pembersihan biji kakao
4.
Pemangganngan (micronizing)
5.
Pemisahan shell dan nib (winnowing)
6.
Pengempaan (pressing)
7.
Pada tahap ini akan terbagi dua yakni butter dan cake
kakao
8.
Cocoa Butter akan melalui penyaringan (filter press)
dan akan masuk di penyimpanan butter dan akhirnya dilakukan pengemasan.
9.
Cocoa cake akan di alkalisasikan dan selanjutnya akan
digiling dan cocoa powder akhirnya dilakukan pengemasan.
ü Parameter
uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari cocoa powder dan cocoa butter
adalah
1.
Laboratorium kimia :
·
Pengujian mutu untuk cocoa butter meliputi:
Ø
Penentuan sedimen
Ø
Moisture
Ø
Asam lemak bebas
Ø
Penetapan bilangan iod
Ø
Uji sensory
·
Pengujian mutu untuk cocoa powder meliputi:
Ø
Penetapan partikel size
Ø
Penentuan ph
Ø
Penetapan warna
Ø
Penentuan moisture dan fat dengan NIRS
Ø
Uji sensory
2.
Laboratorium mikrobiologi menganalisa mikroorganisme
sesuai dengan standar yang telah ditentukan mulai dari awal proses sampai pada
produk akhir yaitu cocoa powder dan cocoa butter.
5.2 saran
Berdasarkan
pengalaman penulis setelah melaksanakan PRAKERIN maka penulis menyarankan
beberapa hal :
Untuk sekolah :
1. Tetap
mengirim siswa (i) melakukan Prakerin.
2. Bagi siswa
(i) yang akan melaksanakan Prakerin berikutnya pada perusahaan ini hendaknya
memperdalam pengetahuan dan memperbanyak referensi.
3. Waktu
pelaksanaan Praktik Kerja Industri sebaiknya diperpanjang agar siswa (i) dapat
lebih banyak belajar di tempat Prakerin.
Untuk PT.Mars
Symbioscience Indonesia:
1. Lebih
banyak memberikan bimbingannya kepada siswa (i) selama melaksanakan Prakerin.
BetMGM Sportsbook, Atlantic City, New Jersey - Mapyro
BalasHapusBetMGM 안성 출장샵 Casino & Hotel Atlantic City 토토 꽁머니 is 나주 출장샵 a fun and friendly venue 구리 출장샵 in the 하남 출장샵 city of Atlantic City, NJ. Mapyro